Mengunjungi Masjid Raya Sumatera Barat pastinya akan memberi kesan liburan yang istimewa. Selain akan terkagum-kagum dengan keindahan arsitekturnya, Anda akan merasakan nuansa religius yang mendalam.
Hal ini wajar terjadi karena masjid ini selain aktif berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sarat akan nilai sejarah dan budaya.
Sebagai salah satu kebanggaan masyarakat Padang, masjid ini memiliki pesona yang sedap dipandang mata.
Sebelum membahas lebih lanjut akan pesona masjid raya ini, kita bahas dulu info singkat tentang tempat wisata di Padang ini.
Sejarah Masjid Raya Sumatera Barat
Masjid Raya Sumatera Barat ini dikenal dengan nama populer Masjid Mahligai Minang.
Bangunan ini merupakan masjid termegah dan terbesar di Provinsi Sumatera Barat.
Letaknya sangat strategis, jadi publik pun dapat dengan mudah datang untuk beribadah atau berwisata di masjid ini.
Luas bangunan masjid ini sangat besar, yaitu mencapai 18.000 meter persegi. Karena begitu luas, bangunan masjid ini terdiri dari banyak ruangan, termasuk ruang ibadah yang menjadi ruang utama masjid.
Masjid ini memiliki desain tahan gempa. Material kayu menjadi material utama yang mendominasi fasad bangunan tempat ibadah ini. Ini menjadi keunikan pertama masjid ini.
Keunikan yang kedua yaitu jumlah pintu yang tersemat pada masjid. Bukan hanya ada satu, dua, atau tiga. Melainkan banyak seperti Lawang Sewu.
Mengutip dari laman Pariwisata Padang, pintu utama pada masjid ini berjumlah 17 buah.
Keunikan ketiga yaitu tidak ada kubah layaknya masjid-masjid pada umumnya. Sebagai gantinya, atap masjid diganti dengan atap segi empat. Tiap sudut atap menjulang tinggi dan meruncing bak atap Rumah Gadang.
Daya Tarik Wisata Religi Masjid Raya Sumatera Barat
Masjid raya ini mengandung daya tarik yang kompleks. Dengan hanya mengunjunginya saja, akan ada banyak hal yang Anda dapatkan. Beberapa diantaranya adalah hal-hal berikut ini.
Nuansa Adat dan Budaya Minang yang Kental
Jam Gadang dan wisata religi ini memiliki satu kesamaan, yaitu fasad bangunan yang sangat lekat dengan adat dan budaya asli Minang.
Anda dapat melihatnya dengan jelas pada pemilihan corak ukiran pada bagian dinding masjid.Ornamen ukiran ini bisa Anda lihat pada dinding ruang utama.
Sementara itu, desain interior pada ruang mihrab-nya sangat mirip dengan Hajar Aswad di kota suci Mekah.
Terlihat ada ukiran-ukiran berlafadzkan Asmaul Husna dalam balutan warna emas. Ruang utama ini juga tampil apik dengan hiasan-hiasan kaligrafi indah.
Masjid Tanpa Kubah
Ada yang berbeda pada bagian atap masjid ini. Bukan kubah yang terpasang, melainkan atap segi empat dengan empat bagian sudut yang meninggi meruncing seperti atap rumah adat Minang.
Keempat sudut pada atap ini mengandung makna simbolik, yaitu menyimbolkan empat kain yang digunakan untuk memindahkan batu dari surga, Hajar Aswad.
Masjid Sewu Pintu
Sewu atau seribu bukanlah jumlah asli, melainkan hanya sebutan simbolik untuk mengartikan jumlah pintu yang tak wajar.
Ada sekitar puluhan pintu yang terpasang di masjid raya kebanggaan masyarakat Minang ini.
Bukan hanya itu saja, masjid ini semakin megah dengan adanya menara masjid yang bercorak sama dengan corak pada Masjid Nabawi.
Sejarah Masjid
Kisah sejarah masjid ini cukup menarik. Sejarah singkat keberadaan masjid ini bermula dari rencana pembangunan tahun 2005 lalu.
Rencana ini muncul setelah ada anggapan bahwa Kota Padang belum memiliki masjid yang bisa menampung banyak jamaah.
Setahun kemudian, pemprov setempat mengadakan sayembara untuk mendapatkan desain terbaik. Ada 323 peserta sayembara yang menampilkan 71 buah desain.
Desain karya arsitek Rizal Muslimin yang terpilih berkat ide desainnya yang unik, yaitu tanpa kubah. Para juri memilih desain ini dengan pertimbangan desain yang menggambarkan adat Minang.
Desain dengan tema adat Minang sendiri sebenarnya sudah banyak kita jumpai di Sumbar. Selain Jam Gadang, kita punya Museum Adityawarman, tempat wisata terdekat masjid yang recommended untuk dikunjungi.